Sabtu, 29 Oktober 2011

Bu Lily, Ibu Kost Kesepian

 Sudah hampir setahun Zaki tinggal di tempat kost bu Lily. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Lily di pasar. Waktu itu bu Lily kecopetan, trus teriak dan kebetulan Zaki yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu Lily. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Zaki lagi cari tempat kost yang baru dan bu Lily mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Lily.
Bu Lily lumayan baik terhadap Zaki, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Zaki sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Lily masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan waktu itu. Tapi justru Zaki yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Zaki lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu Lily.
Sampai satu hari…… waktu itu masih sore jam 4. Zaki masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya. Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok… tok..tok..tok.. lalu suara bu Lily yang manggil,”Zack…Zaki… ada di dalem gak?” Sontak Zaki bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Zaki. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Lily pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Lily,” Zaki lagi tidur ya..?” dan dari kamar mandi Zaki menyahut sedikit teriak,” lagi mandi bu….”
Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Lily jadi dekat,”ya udah mandi aja dulu Zack, ibu tunggu di sini ya…” eh ternyata masuk ke kamar, Zaki tadi gak mengunci pintu. “busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,”pikir Zaki.

Tante Ermah

Singkat ceritanya, namaku adalah Fauzi. Aku kuliah di salah satu fakultas di universitas ternama di Jakarta. Aku mempunyai Tante bernama Tante Ermah, dia mempunyai tinggi 165 cm berat badan 60 kg. Untuk bodynya itu dia langsing dan mempunyai payudara yang mungil.

Sore itu, aku sedang berada di rumah. Tiba-tiba hapeku berdering dan kukira itu temanku yang ingin bermain games denganku. Ternyata nyokapku.
'Dek tolongin dong, mamah lagi sibuk nih di kantor. Bisa gak jemput Tante Ermah ?' Tanya nyokap padaku.
'Bisa mah' Jawabku.
'Di daerah Kelapa Gading dek'
'Kelapa Gading ya ? Oke deh, berangkat dulu ya mah'
'Iya. Makasih ya dek'
Karena aku disuruh menjemput Tanteku, akhirnya aku membatalkan janjiku untuk bermain dengan temanku. Lalu, Aku menstarter mobil milikku yang setengahnya dibeli dari hasil uang pekerjaanku. Aku mahasiswa yang bekerja sebagai direktur restaurant di Jakarta. Karena aku mempunyai pengalaman yang baik dan juga tahu-menahu tentang makanan. Aku menyetir mobilku dengan dari rumahku ke Kelapa Gading. Lalu setengah jam kemudian, aku sampai di Kelapa Gading dan langsung ketemu Tante Ermah tanpa menunggu waktu yang lama.

Disukai pembantu..

ini kisah dari gw.ok nama gw reno.gw seorang salesman,umur 24 tahun kerja di tangerang.tiap hari gw kerjaanya nganter barang ke rumah2.
gw kenal sama cewek yang kerja sebagai pembantu rumah tangga di perumahan,sering gw ketemu ama dia.setiap gw datang ke situ selalu ketemu dia.oh iya dia namanya yanti,tinggi rambut pendek.kulit sawomatang,ini kisah nyata gw ama dia.entah kenapa setiap gw ke tempat dia kerja tatapanya begitu beda ama gw,kalo sama cowok lain biasa aja.suatu saat temenya kasih tau ama gw kalo yanti suka ama gw,tapi gw gk percaya.gw biasa aja sama dia,pas hari senin pagi gw datang lebih awal ke tempat dia untuk ngasih barang ke tuannya,seperti biasa yanti datang buka gerbang.
"ohh mas reno,tumben dateng pagi bener"katanya\
"iya neh di suruh dateng lebih awal ama bos" gw balas
"ya udah masuk aja mas.",ya udah gw masuk..
"duduk dulu mas di sini tunggu tuan bangun"

Pembantuku Mantan Wp Langgananku

Sebelum menikah, hobi saya adalah menjelajah panti pijat. Sudah puluhan PP dan tak terhitung lagi WP yang sudah pernah saya rasakan. Tapi memang ada satu WP di dekat terminal bus kota S yang jadi langganan. Selain murah, menurutku dia lebih tulous dalam melayani. Setelah menikah, saya memutuskan untuk menghentikan semua kebiasaan itu. Semua no telp WP saya hapus dari memori HP. Nomor HP juga ganti. Saya sangat mencintai istri saya. Apalagi dia adalah wanita pujaan saya sejak SMP. Lama saya incar baru bisa ditaklukkan setelah saya berumur 27 tahun dan dia sudah menjadi janda. Reni, nama istriku, belum unya anak. Suaminya meninggal karena kecelakaan pesawat. Begitu mendengar Reni menjada, saya langsung mendekat. Setahun lebih pendekatan, akhirnya Reni luluh. Hanya sebulan pacaran langsung saya ajak menikah. Sya berjanji pada diri sendiri tidak akan lagi ke PP atau bahkan lokalisasi. Stop semua. Tobat. Saya tidak masalah dia janda. Toh dia wanita yang saya cintai sejak lama dan saya sudah tidak perjaka. Sudah puluhan meki saya rasakan. Setahun pertama menikah saya menjalani hari-hari yang penuh kebahagiaan. Reni sangat bergairah di ranjang. Wajah dan tubuhnya sempurna bagiku. Tinggi 160 cm, berat 50 kg, rambut sebahu, berjilbab, dan dada 34 B. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan suami istri (tentu kecuali saat menstruasi). Rasanya tak pernah bosan. Oh ya, aku dan Reni sama-sama kerja. Aku kerja di perusahaan percetakan surat kabar. Sebagai manajer percetakan, saya bekerja sore hingga malam. Berangkat jam 17.00 dan pulang paling cepat jam 01.00 dini hari. Biasanya saya dan Reni melakukan pertempuran pada subuh. Atau kalau dia pulang kantor lebih cepat. Reni kerja di perusahaan periklanan. Biasanya dia pulang jam 16.00 dan sering pulang lebih awal.

Main Mesum Dengan Mbak Sum Part 3

Dan godaan untuk bermain seks dengan tuntas semakin besar setelahada pil kabe dan kondom yang dibeli Mbak Sum. Esok malamnya eksperimenitu akan kami mulai dengan kondom lebih dulu. Soalnya aku takut kalauada efek samping bila Mbak Sum minum pil kabe. Kata orang kalau nggakcocok malah bikin kering rahim. Kan kasihan kalau orang semontok MbakSum rahimnya kering. Malam itu seusai makan malam dan nonton TV sampaijam sembilan, kami mulai bergulingan di permadani. Satu persatu penutuptubuh kami bertebaran di lantai. Putingya kupelintir dan sebelah lagikukemut dan kugigit-gigit kecil sementara tangan kanankumenggosok-gosok pintu memek Mbak Sum sampai dia mengerang-erang mauorgasme.
"Sekarang pakai ya, Mas," bisiknya sambil menggenggam kencang zakarku yang tegang memanjang.
"Heeh," jawabku lalu dia menjangkau sebungkus kondom yang sudah kamu sediakan di sebelah TV.
Disobeknya lalu karet tipis berminyak itu pelan-pelan disarungkannya ke penisku. Mbak Sum nampak hati-hati sekali.
"Wah, jadi gak bisa diisep Mbak nih," kataku.
"Kan yang ngisep ganti mulut bawah, Mas.." Guraunya membuatku tersenyum sambil terus meremas-remas teteknya.